Cerita Hari Yang Paling Bijak Sudah Dengarkan Suara Musik Menanti Istirahat Meluangkan Waktu Sejenak Colekin Budaya Indonesia Dalam Giat/Gemar Membaca

Berita Mendidik Citra Bangsa Dan Negara Di Indonesia – Informatif , Aktual, Baik & Benar – Journalist Society Them

Sastra Horor, Dalam Multibahasa Dimensi Ruang Picisan Observatif Insan

IMG 20240901 WA0002 »

Loading

JST-NEWS.COM – Sastra Horor, Dalam Multibahasa Dimensi Ruang Picisan Obseravatif Insan.Red©1/9/2023/Jakarta

Mengolah dalam memahami  makna *Sastra Horor“,  begini menurut tutur SAN Jiwa Bahasa Dimensi Talent Of Spiritualitas Insan Multibahasa Sastra.

Sastra Horor” kalau menurut saya ini sesuatu yang seksi untuk dikaji dan dipahami lebih dalam lagi. Akan banyak nilai-nilai *asumsi dan *opini yang sifatnya metafora pembodohan akan ditekan dan dimasak sedemikian rupa sehingga membentuk suatu pola dari keyakinan yang mutlak/absolut. Tentu ini hal yang tak enak didengar bilamana kajiannya cenderung bersifat definitif logika berpikir.

Saya tak akan lari jauh dari konteksnya selain mencermati dari dua sisi tadi, asumsi dan opini.

Kita tahu persis perbedaannya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan asumsi adalah dugaan yang diterima sebagai dasar, atau landasan berpikir karena dianggap benar. Sementara, opini adalah pendapat; pikiran, atau pendirian. Dua hal ini tentu berbeda, okelah bab opini dikembalikan lagi kepada si pemilik keyakinannya akan tetapi bab asumsi menurut saya sangat krusial jika dugaannya menjadi separatis dan mengarah pada KONVERGENSI.

Ada contoh kecil dalam realita sehari-hari yang dikisahkan pada sosok dua remaja kembar yang sama-sama *takut teramat sangat (horor) Raksadena dan Ranggadena,(kisah novel Jemari Jingga).

Saat mereka berdua tinggal di atap rumah bangunan kuno nan tua dan hendak menyantap hidangan makan malam bersama, namun Ranggadena lupa membawa air minum yang terletak di lantai paling bawah(*).

“Bro, gw ambil air minum dulu ya di bawah, kita ngga bisa makan nasi tanpa minum,”

“Gw ikut bro, ayo bareng,”

“Lho, nanti siapa yang jagain nasi di piring, kan banyak tikus dan kucing disini? Sudah biar gw aja yang turun buat ambil air minum,

Lo jagain piring nasi kita, ngga nyampe 2 menit gw udah disini lagi bro,”

“Mendingan gw ngga makan sekalian dari pada lo tinggal sendirian terus gw disamperin kunti dari pojok sana, horor banget bro,”

“Ya sama ajah bro, gw mendingan ngga makan sekalian klo piring nasi kita dijilat-jilat tikus dan kucing, jijik banget, lebih horor buat gw,”

Hanya membutuhkan durasi dua menit Ranggadena harus turun di lantai bawah untuk mengambil air minum, namun dua menit yang sangat mencekam bagi Raksadena, demikian pula ketika berbarengan meninggalkan dua piring yang tergeletak tanpa penjagaan dari tikus dan kucing, itu hal yang menakutkan juga bagi Ranggadena.

Merujuk pada definisi HOROR adalah sesuatu yang menimbulkan perasaan ngeri atau takut yang amat sangat, jadi sebelum membicarakan phrase horor, ada dua kata yang sangat perlu untuk didalami secara serius yaitu “ngeri” dan “takut” dimana kata itu sendiri merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti atau satu pengertian.

Dalam bahasa Indonesia kata adalah satuan bahasa terkecil yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam suatu kalimat, yang maknanya SANGAT PERLU ditempatkan pada kesesuaiannya.

Ngerinya menyeberangi sungai pada anak-anak dan orang dewasa tentu berbeda tingkatannya, demikian pula takutnya memegang ular pada anak-anak dan orang dewasa juga berbeda kadarnya. Inilah yang akan menjadi poin penting bagi saya pribadi mengenai Sastra Horor yang akan di diskusikan nanti terlepas dari unsur populer dan pemetaan genre dari sastra horor itu sendiri.

Oleh;  Arief Akbar, Bsa

Tembusan  :

Taman Ismail Marzuki (TIM), dan rekan-rekan se-perjuangan

Reportnews©1/9/2024/Jakarta/JST-NEWS 


























































You cannot copy content of this page